Iseng nulis sesuatu yg lain.
Sumber dan Inspirasi : Seorang teman yg sudah kebelet kawin, semua tulisan tentang dokter kucing, dan sebuah majalah Tempo, beserta blog2 lainnya.
Buat apa susah-susah bikin skripsi sendiri. sebab ijasah bagai lampu kristal yg mewah. ada di ruang tamu, hiasan lambang gengsi. tinggal membeli tenang sajalah. (Iwan Fals).
Kenalan saya yg satu ini sedang resah. dia dan gadisnya sepakat utk menikah dgn sesegera mungkin. lamaran dari pihak keluarganyapun telah diterima dgn senang hati oleh keluarga pacarnya.
semuanya lancar2 saja tampaknya. betulkah demikian ?
rasanya tdk tidak juga…. karena syarat dari keluarga perempuan, salah satunya adalah keharusan calon mempelai laki2 mempunyai gelar. tidak punya atau belum lulus ? syaratnya serupa tapi tak sama : harus… dgn cara membeli.
Teman saya ini tinggal didaerah S** utara. dan dia mengatakan, bahwa memang didaerahnya kadang terjadi yg seperti ini, walaupun hanya dari di beberapa lingkungan saja. keharusan calon mempelai lelaki mempunyai gelar, tak perduli setinggi apa, atau jenisnya apa, mungkin adalah suatu kebanggan tersendiri.
Mereka merasa terhormat, apabila ada torehan gelar yg mendampingi nama calon pengantin tsb. tak perduli titel itu didapat dgn mudah atau dgn sungguh2 belajar. tak perduli asli atau palsu. yg penting asyik gelar menempel dgn anggunnya di depan atau belakang nama salah satu dan malah kalau bisa kedua calon pengantin tsb.
Yang herannya, teman sayapun sependapat, bahwa dgn adanya gelar maka pesta pernikahanpun akan lebih meriah. banyak undangan datang, dan kebahagiaan dapat diraih pada hari tsb. aneh…
Cerita pembelian gelar dgn mudah dan cepat, tampaknya tak bisa ditutup2-i lagi. merebak di hampir dimana2, diseluruh dunia.
Yg menarik adalah tulisan Eko Budihardjo, yg menuliskan di majalah Tempo tentang Fenomena tsb, dgn judul yg membuat kening kita berkerut : Doktor Kucing.
Majalah Reader`s Digest edisi Amrik, mei 2005 bahkan telah mengangkatnya menjadi berita utama.
Di Indonesia sendiri, kejadian serupa telah cukup lama berlangsung. Jenis gelarnya boleh memilih sendiri. apapun boleh… Bsc, BBa, MA, MPL, MHA, MBA, MSc, DBA, PhD, Dr (HC), bahkan sampai Profesor, bahkan (sekali lagi) gelar A s/d Z -pun boleh. π
Yg menarik dari tulisan Eko Budihardjo, adalah fenomena Doktor kucing itu sendiri.
Dikisahkan tentang sebuah tawaran titel, bagi siapa saja sebebas-bebasnya, asal berminat mengisi formulir dan membayar ongkos administrasi beberapa ratus dolar saja.
Seseorang yg sekedar iseng, mengisi formulir dan mengirimkannya dgn selembar cek bernilai 200 dolar saja. luar biasanya ternyata semuanya segera membuahkan hasil, Ijasah Doktor telah berhasil didapatnya. akan tetapi, bukan Orang tsb yg mendapatkannya… Karena ternyata Orang tsb benar2 dlm keadaan iseng, dgn menuliskan nama kucing peliharaannya dlm formulir pedaftarannya. jadilah si Kucing seorang Seekor Doktor. dan dari kisah ini muncul Istilah2 Doktor kucing.
Perguruan2 asli maupun fiktifi di seluruh dunia, telah menelurkan gelar2 yg disambut dgn penuh kegembiraan oleh sosok2 yg memang memerlukan pengakuan akademis atau sejenisnya, yg jelas2 memerlukan ijasah, tanpa harus menengok isi otak si pemilik ijasah tsb. bukankah banyak juga lulusan2 dasar setingkat s1 yg lulus dgn ketidak mengertian ? duh… (yg tdk merasa jgn marah, karena anda tdk termasuk di dlm-nya).
Menurut laporan pada th 2005 saja, sudah ada 15.000-an alumni yg memperoleh gelar dgn cara atau jalan spt ini. bahkan terdeteksi, seorang CEO dari perusahaan perparkiran malaysia, mengambil gelar PhD di Indonesia. Warga malaysia itu tentu akan tersenyum2… bahwa gelar PhD bisa didapatkan di Universitas Negara kita, hanya dlm waktu satu-dua bulan saja.
Kembali ke teman saya, seorang anak muda yg bahagia. berusia 25 tahun. telah menikah, dan telah mengantongi gelar SE, lengkap dgn ijasah yg keren berikut buklet alumninya. tanpa merasa salah atau dosa, hari ini dia telah memamerkan ke-ekslusifan sebuah gelar kepada saya. saya kira benar2 sama persis dgn tulisan di majalah Tempo tsb.
Eko Budihardjo adalah Rektor Universtas Diponogoro, Semarang, yg menuliskan kisah super menarik ini dgn apik, di majalah Tempo edisi 10 Juli 2005. (bukan 4-juli, karena saya punya bagian
tsb. π )
Cumen sebagai selingan agar tdk kosong, sebelum kembali normal di post berikutnya.
sayah sampe sekarang masih malu untuk menaruh gelar S yang keberapa dibelakang nama
π
gelar lama-lama seperti ritual belaka
π om telmark kok bahas ginian sih? π benci deh…
π
Wuih?! π―
Info yang menarik….
Memang sudah parah benar sistem pendidikan kita ini ya? πΏ
Waks. .. gw baru inget ternyata gw punya gelar di belakang nama gw.. set deh… orang2 kok pada beli gelar, apalah artinya gelar S2 (atau S3). gw aja punya gelar malah baru nyadar >_< *beneran loh. gw lupa (dan ga peduli juga)*
@almascatie
ah dan saat hujan deras ditengah malam begini syah jadi ingin melakukan ritual minum kopi sambil menyedot sebatang rokok disamping rumah sambil mendengarkan bunyi rintik hujan.
itu pula yg sedang saya lakukan skrng ini. π thanks.
@antobilang
hehehe…. tapi skripsinya anto dah kelar kan ? π
wisudanya nto ? thanks.
@alex
iya, sudah rahasia umum. π thanks.
@dimasu
weleh ? punya gelar bisa ampe lupa… π
thanks.
S itu menyegarkan kok… bisa menghilangkan dahaga apalagi jika panas terik menyengat.. jadi memburu “S” berapapun penting.. yaa cuma itulah.. π
Hello salam kenal. BAgus blognya, templatenya sama seperti punya saya. hehe.
@kurtubi
hehehe…, maksudnya es dingin ? setuju…. π
thanks.
@bangbadi
salam kenal lagi. saya baru pake templat ini, tadinya pake yg sederhana bgt. thanks.
eh itu di forum paling besar indonesia, kan ada yg jual ijazah semua universitas swasta seindonesia..dan sangarnya lagi itu legal katanya
saya malah lebih betah kuliah dari pada setelahnya hehehhe
@ekowanz
Forum paling besar Indonesia ? apaan tuh ? thanks.
@kangguru
masa2 menyenangkan ya kang ? pantesan bnyk yg MA…
hiahahahahaahahahahaa…paling demen nih kalo ada postingan macem gini!!! sebenarnya mengerikan juga, bagaimana usaha seseorang untuk memperolah sebuah title…
yg mana title itu sendiri adalah tidak penting menurut saya! tapi usahanya untuk mendapatkannya di tempuh dengan jalan yg lurus ato malah sebaliknya ?
saya pernah posting artikel macem ini di blog saya… jujur, saya paling gemes ampe pingin “jewer” orang2 macam itu…
gud lah…setidaknya saya makin yakin bahwa banyak orang di luar sana yg sependapat dengan anda termasuk saya…
hiahahahahaahahahahaa…paling demen nih kalo ada postingan macem gini!!! sebenarnya mengerikan juga, bagaimana usaha seseorang untuk memperolah sebuah title…
yg mana title itu sendiri adalah tidak penting menurut saya! tapi usahanya untuk mendapatkannya di tempuh dengan jalan yg lurus ato malah sebaliknya ?
saya pernah posting artikel macem ini di blog saya… jujur, saya paling gemes ampe pingin “jewer” orang2 macam itu…
gud lah…setidaknya saya makin yakin bahwa banyak orang di luar sana yg sependapat dengan anda termasuk saya…
sebagai tambahan, saya pernah mendengar bahwa di negara ini dari smua bidang, yg paling bobrok adalah pendidikan!! menyedihkan skali!
semoga Allah merahmati negeri ini..
amin!
Perlu dikaji ulang pendidikan dinegri ini , kaya jual krupuk aja selesai kuliah nganggur jadi jualan krupuk juga he he he …
Terimakasih infonya mantap bos….
Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama sehingga mampu meningkatkan rasa ikhlas tuk bersyukur atas kesuksesan.