Agama, Fatwa Sesat dan Massa yg menghakimi.

sumber dan inspirasi : Koran Media Nuansa Indonesia. -Jp. (1 maret/2007). Diskusi Problem penyesatan Agama minoritas di Indonesia (24-jan/2007, Sulaiman room, Hotel Maharadja, Jakarta ). beberapa blog di wordpress. (wadehel, amd ), dan masih banyak yg lainnya. yg tdk tersebut, jgn marah ya. ) termasuk pengalaman pribadi seorang Muslim (di ktp tertulis jelas : ISLAM) spt saya yg berada didaerah non Muslim dan mendapat cibiran dingin karena otak mereka semua jelas tertuju pada sebuah image yg salah : Terorist = Muslim. bah…

Ahmad Suaedy, Direktur Eksecutif Wahid Institute, membeberkan banyaknya kasus kekerasan atas nama Agama di Indonesia. (yg diketahui) selama kurun 2005-2006 ada 44 kasus, dengan berbagai tingkat bentuk kekerasan. (terbit fatwa sesat, penghentian aktifitas, penutupan tpt ibadah, hingga penyerangan dan peng-rusakan yg memakan korban).

Suaedy mengatakan ada beberapa sebab pemantik kekerasan2 disini. yaitu : dotrin, hubungan bermasyrakat dan dorongan Negara/hukum.
Doktrin (bagi penulis, ini adalah yg biang terbesar yg suka ngompor2-in, bikin gerah), Umat dalam sebuah Agama akan menganggap Agama dan keyakinannya itu absolut, mutlak sebagai yg paling benar dan sebuah harga mati. (yg tdk bisa ditawar-tawar lagi kaya warung).

Tapi apakah dengan demikian, Orang boleh menganggap sesat atau menyesatkan secara publik kepada orang atau kelompok lain ? tanya Suaedy. Pelabelan secara publik oleh majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap sbh kelompok sempalan agama, menurut Suaedy, menyalahi semangat Al-quran surat An-Nahl ayat 125. intinya (nah ini dia… kalo ngomongin Agama, harus pake surat2 atau hadist2, biar keren semuanya yakin ada pegangannya) Islam menyampaikan seruan dengan hikmah dan cara yang baik serta mendiskusikan dengan cara yang baik pula. Lain halnya jika kelompok2 tsb berbuat kriminal atau mengganggu/membahayakan masyarakat sekitar atau orang lainnya.

Bahkan atas Fatwa MUI tsb, orang bisa menganggapnya sebagai sebuah penghalalan utk melakukan pengusiran, pemaksaan hingga kekerasan. dalam hal ini MUI bisa dianggap telah melakukan tindakan yang melawan hukum. jika suatu pernyataan penyesatan secara publik yg disengaja dan mendorong kelompok masyrakat utk berbuat kekerasan, kata Suaedy, bisa dianggap Kriminal.

Kasus2 yg dianggap sesat dan MUI mengeluarkan fatwa sesat dan menyesatkan sudah Jamak terjadi. Kasus jemaat Ahmadiyah, kasus M. Ardhi Husein (penulis buku menembus gelap menuju terang), kasus Yusman Roy dlm Shalat 2 bahasa, serta Lia Aminuddin yg mengaku seorang Nabi adalah beberapa contoh yg terus menerus menuai kritik.

Dr. Yunahar Ilyas dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, berpendapat bahwa persoalan kebenaran dlm masalah Agama bukanlah persoalan mayoritas dan minoritas. artinya bukan mayoritas bukan yg menentukan kebenaran, melainkan sesuai atau tidaknya dgn tuntunan wahyu, Al-quran dan hadist.
Adapun mengenai fatwa sesat, menurut Yunahar, sebenarnya bisa dijadikan pedoman bagi umat Islam. Terutama bagi awam, agar mereka tdk jatuh pada ajaran yg sesat.

(pen.) Itukan di Indonesia ? bagaimana dengan di luar negeri ? pd sebuah rapat saya ditanya apa agamanya. (pdhal apa hubungannya antara sebuah pekerjaan dan agama). dan setelah dijawab Islam, mereka terdiam.
Lain harinya , mereka menjemput saya di hotel dan mengajak saya ke sebuah ****** , utk melihat Agama yg mereka anut. tp saya menolak tegas, bahkan utk melihatnya saja sekalipun. apa kata mereka ? Jika saya bersikeras tetap menganut agama “TERORIST” tsb, saya akan “dikucilkan” dlm daftar mereka.

Saya berusaha menjelaskan dgn keras, bahwa Islam bukanlah terorist. dan terus terang, saya sungguh2 tersinggung dgn kata2 terorist dan sebutan Islam sebagai sebuah Agama yg “ribut” melulu. (Pelabelan dari pribadi meraka thp muslim dan tak mungkin pula saya buka2 Al-quran atau Hadist buat menjelaskannya pd bule2 dan sebagian sipit tsb). akhirnya apa yg saya dapat? Tak ada…. jauh2 berangkat dari Negeri tercinta ke negara bang*** tsb. boro2 dpt tender kecil2-an. bahkan relasi atau jaringan barupun nihil. semua cuman gara Orang2 yg merasa Agamanya paling benar. tak jauh beda se.. saya juga merasa Islam adalah sebuah kebenaran.

Ketua Lembaga Penelitian danPengkajian Islam Jakarta, Amin Jamaluddin, menilai bahwa pelabelan sesat thp sebuah kelompok sempalan Agama justru harus dilakukan. “Kalau berkaitan dgn Islam, kita ambil sikap. kalau bikin agama sendiri, tdk ada persoalan. (emangnya gampang bikin agama ? biasanya orang2 sesat justru mendompleng/mengatas namakan atau sedikit demi sedikit membelokan arah dari sebuah Agama yg benar2 turun dari Allah).
Menurut Amin, kesesatan bukanlah Khilafiah, perbedaan pendapat, karena itu tak ada kompromi.

Ketua MUI, KH. Ma’ruf Amin menegaskan bahwa pihaknya hanya sebatas memberikan (mengeluarkan) fatwa. “Kewenangan kami sampai disitu saja,” katanya. tentu saja pihak MUI masih mempunyai tanggung jawab moral buat meluruskan pemahaman yg salah kpd mereka yg telah difatwa sesat itu.

Kita mengajak mengajak mereka ke jalan yg benar, dan kalau dia masih meneruskan ajarannya (yg salah menurut penilaian MUI ??), ya kita teruskan ke pemerintah.
Persoalannya justru ada ditangan Pemerintah. jamak tejadi masukan dari MUI tdk ditindaklanjuti. akibatnya, masa bergerak.. merusak dan tak jarang terjadi anarkisme. (spt yg dialami jemaat Ahmadiyah di Lombok barat, NTB di bln Februari 2006, atau Parung, Bogor, di bln Juli 2005. disini peran pemerintah diuji utk melindungi setiap warga negaranya.
Pemerintah emang diuji terus… melindungi warga negaranya yg diserang warga negaranya juga.

So, timbulnya hadist sesat, agama sesat, fatwa sesat, pelabelan sesat atau segala sesuatu kesesatan yg berhubungan dan mengatas namakan Agama itu darimana? untuk siapa? dan buat apa?
bagi saya, cukup Agama, yg adalah penyelamat dunia akherat. ga caya ?
dlm hukum mencuri itu dilarang. apa dlm agama dibolehkan ? dlm hukum, mencabuli istri orang lain adalah dilarang. Agama pun sama melarangnya..

Tapi ada bnyk bagian yg kita tahu tdk akan terjerat hukum di dunia ini. tapi akan terkena hukum Allah yg tak akan pernah luput dan bisa dibohongi. *hentikan segala pelabelan, fatwa menyesatkan, atau tuduhan2 berdasarkan prasangka kebenaran diri sendiri.* 

Salam, dan maaf saya tdk bisa bawa2 hadist/surat2 dan terjemahannya.

Pos ini dipublikasikan di Bukan apa2 tapi penting., Nasional, Sesuatu yg berbeda, Tanda Tanya. Tandai permalink.

23 Balasan ke Agama, Fatwa Sesat dan Massa yg menghakimi.

  1. venus berkata:

    aduh, serem kalo udah bawa2 agama. takut salah, euy..

  2. telmark berkata:

    iya mbak venus yg cantik, agama emang serem. tp postingnya cumen ngebahas seminar dan peng. pribadi kok. thanks ya.

  3. joesatch berkata:

    saya juga egois. menurut saya islam (versi saya) yang paling bener. tapi sebisa mungkin saya tidak akan menyalahkan secara frontal orang2 yang tidak sehaluan dengan saya.

    tindakan-tindakan yang menginginkan kebenaran versinya diakui, bahkan sampai keluar caci-maki dan hujatan, itulah yang – jujur – tidak saya sukai.

    menurut saya, cukuplah yang kita anggap sebagai kebenaran itu kita simpan sendiri. tidak usah menyalahkan di depan publik kpd orang2 yang tidak sepaham dengan kita. kalaupun ada yang perlu disampaikan, sampaikanlah seperlunya. jangan sampai menimbulkan ketersinggungan.

    cukuplah sudah segala macam “penganjingan” sampai di sini. 😉

  4. peyek berkata:

    sebaiknya diluruskan juga apa sebenarnya fatwa itu dan siapa sih yang sebenarnya berhak mengeluarkan fatwa.

    pointnya adalah pada ulama, yang mendidik umat, jadi merekalah yang memeberikan doktrin yang salah terhadap Islam, entah itu terdapat muatan pribadi atau golongan, sehingga umat bagaikan tumpukan sekam, tinggal sulut nyala deh..

    fatwa ulama identik dengan MUI? preketek, gombal mukiyo, saya menganggap fatwa MUI nggak pernah ada, mereka kurang kerjaan, banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan karena kapasitasnya sebagai ulama, daripada mengelurkan fatwa yang menyesatkan. jadi “jangan pernah samakan fatwa ulama itu adalah fatwa MUI” sekali lagi gombal mukiyo!. Ingat tulisan teman anda itu layak untuk dijadikan referensi.

  5. anung berkata:

    lakum dinukum waliyadin aja deh

  6. Dimas berkata:

    Alhamdulillah artikelnya bagus.
    Tetap teguh dalam belajar mencintai Allah 🙂
    Insyaallah

  7. Sastro berkata:

    salam kenal buat yang punya blog

  8. telmark berkata:

    @ joesatch
    betul, sampai keluar caci maki, apalagi sampai memaksakan apa yg kita anggap benar, dan jujur pula, itupun yg tdk saya sukai. thanks.

    @peyek
    di Indonesia fatwa MUI masih diakui (terutama oleh golongan pesantren) mas Peyek. contohnya spt cap halal yg dikeluarkannya. di daerah pedalaman yg masih kental nuansa Islamnya, fatwa MUI terkadang spt sebuah hadist yg penuh kebenaran. contohnya adalah di Parung, Bogor. (tdpt pesantren, perkampungan Islam, sementara di jalan rayanya penuh dgn gadis malam dan warung remang2 di waktu malam). saya sepemikiran dgn anda, fatwa ulama tuh sebaiknya jgn disamakan dgn fatwa MUI. bahaya. trims. 🙂

    @anung
    keren… itulah jalan keluar sebenarnya utk semua. masing2 agama, dan tdk memaksakan dan merasa paling benar sendiri. top. thanks.

    @Dimas
    terima kasih. Amien.

  9. deking berkata:

    Artikel bagus…
    Saya baru saja mengalami pengalaman serupa Jumat malam kemarin ketika saya ditanya teman flat saya apakah di Indonesia juga ada pertikaian antar golongan Islam seperti di Irak…eh lama2 dia secara tidak langsung mengecap bahwa Islam=teroris
    Langsung saja saya katakan bahwa jangan samakan antara agama dengan penganut agama. Semua agama mengajarkan kebaikan, jangan hanya karena ada seseorang melakukan kejahatan lantas kita dengan semena2 mengaitkannya dengan agama yang dianut

  10. telmark berkata:

    betul, mas Deking.. hanya karena sedikit yg melakukannya, akhirnya agama itu sendiri yg di cap buruk. yg apesnya lagi, terkadang pelakunya justru mengatasnamakan agama itu sendiri. semoga pengalaman kita tak pernah dialami oleh orang lain ya mas Deking. terima kasih.

  11. telmark berkata:

    @Sastro
    maaf, baru dibebaskan dari si Ismet. (disangka spam). `ga tau knp masuk situ ya, akismetnya ngaco. salam kenal kembali.

  12. BatakNews berkata:

    setuju. bahwa hukum buatan manusia memang memberi sanksi; tapi banyak perbuatan salah kita yang tidak diatur dalam hukum manusia.

    maka memang hukum TUHAN-lah yang kelak mengganjar kita.

    pilihannya: apakah kita lebih takut kepada hukum buatan manusia atau hukum SANG KHALIK?

    tiap orang diberi kebebasan memilih.
    salam.

  13. telmark berkata:

    tentu saja lebih takut pada hukum Sang Khalik, sebuah hukum yg tak bisa dipermainkan.
    thanks.

  14. B Ali berkata:

    Pertanyaan: Apakah Islam agama teroris?
    Jawaban: Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk menjadi teroris.

    Tetapi, di dalam Al-Qur’an, ada banyak sekali ayat-ayat yang menggiring umat untuk melakukan hal-hal yang tidak manusiawi, seperti: kekerasan, anarki, poligami dengan 4 istri, anggapan selain muslim adalah orang kafir, dsb. Sikap-sikap tersebut tidak sesuai lagi dengan norma-norma kehidupan masyarakat modern.

    Al-Qur’an dulu diracik waktu jaman tribal, sehingga banyak ayat-ayat yang tidak bisa dimengerti lagi seperti seorang suami diperbolehkan mempunyai istri 4. Dimana mendapatkan angka 4? Kenapa tidak 10, 25 atau bahkan 1000? Dalam hal ini, wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia, tapi sebagai benda terhitung dalam satuan, bijian, 2, 3, 4 atau berapa saja. Terus bagaimana sakit hatinya istri yang dimadu (yang selalu lebih tua dan kurang cantik)? Banyak lagi hal-hal yang nonsense seperti ini di Al-Qur’an. Karena semua yang di Al-Qur’an dianggap sebagai kebenaran mutlak (wahyu Tuhan), maka umat muslim hanya menurutinya saja tanpa menggunakan nalar.

    Sedangkan, tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi Al-Qur’an betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung Al-Qur’an itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

    Saat ini, banyak pengemuka muslim yang berusaha menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an supaya menjadi lebih manusiawi. Tapi usaha ini sia-sia saja karena ayat-ayat Al-Qur’an itu semuanya sudah explisit sekali. Sehingga tidak bisa ditawar lagi. Disamping itu, pemuka muslim atau siapa saja yang coba-coba memberi tafsiran yang lebih manusiawi tentang Al-Qur’an pasti mendapatkan ancaman terhadap keselamatan fisiknya.

    Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

  15. telmark berkata:

    @B Ali
    Menurut saya, “Alquran tdk mengajarkan kekerasan”. membantu umat yg miskin atau yg kesusahan, mengasihi atau memberikan sumbangan dlm bentuk zakat misalnya, adalah bentuk keperdulian umat islam thp yg lainnya. Anarki hanyalah perbuatan sebagian kecil Garis keras, yg saya sendiri tak tahu apa alasannya. yg jelas, dlm Alquran tdk terdapat ajaran utk berbuat anarki. (salah tafsir kaum garis keras ?)

    Sedangkan poligami smp 4 Orang istri dgn sarat yg berat, sebetulnya di peruntukan utk membantu. misalnya, seorang Wanita (maaf) buruk rupa atau janda, atau karena alasan lainnya. keikhlasan dan izin Istri pertama, dan yg lebih tua, adalah salah satu saratnya. so, tak ada kata sakit dimadu spt kata anda diatas.

    kenapa tdk 10, 25 atau 1000 ? karena Nabi Muhamad SAW mengetahui dgn jelas, umatnya bukanlah Nabi atau superman, sehingga dibatasi 4 saja, (paling banyak) dgn sarat yg luar biasa. ? itupun sudah membuat Dunia spt kebakaran, sehingga bnyk yg menyalahkan Alquran. soal poligami, jaman dulu atau modern sekarang, itu berpulang kembali pada individu masing. saya Muslim, tapi saya tak menyukai poligami.

    Tak ada yg berusaha menafsirkan Alquran lebih manusiawi atau lebih garang. toh didalamnya sudah jelas, ajaran Islam adalah sebuah cara utk mendekatkan diri pada Allah, dan tentu saja tak mungkin main garang2-an. 🙂

    Tak ada anggapan selain Muslim adalah kafir. karena jelas ada ayatnya dlm Alquran. (bagiku agamaku, bagimu adalah agamamu). aneh… anda komen tapi spt Orang yg belum pernah membaca Alquran.

    sekali lagi, sesungguhnya dalam Islam, tak ada sama sekali ajaran2 kebencian. terima kasih.

  16. sejati berkata:

    @ telmark,

    Musuh-musuh Islam sudah ditentukan di Al-Qur’an. Ini situsnya: http://religi.wordpress.com/2007/03/16/agama-langit-dan-agama-bumi/

    AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI

    Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.

    Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.

    Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).

    Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.

    Agama bumi dan agama langit.

    Dr. H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:

    “Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)

    Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.

    Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).

    Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?

    Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).

    Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.

    Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.

    Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.

    Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?

    Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.

    Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.

    Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.

    Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.

    Masalah wahyu

    Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.

    Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.

    Pertama, kesalahan mengenai fakta.

    Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.

    Kedua, kontradiksi-kontradiksi.

    Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir

    Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.

    Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.

    Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.

    Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.

    Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

    Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).

    Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?

    Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.

    Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.

    Kesimpulan.

    Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.

    Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci-kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

    Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.

    Melihat berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang dari Tuhan, tetapi dari manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah buatan manusia.

    Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abrahamik dan agama Timur.

    (Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).

    Catatan kaki:
    I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
    2). Lihat Karen Amstrong : A History of God
    3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
    4). Ibid hal 720.

  17. telmark berkata:

    @Sejati
    Busyet, komennya panjang amat ?!
    (saya baru ngeliat sebuah posting dijadikan komen). 🙂

    terus terang, saya agak bingung menjawabnya, karena banyak bener isi dan bahasannya. sedangkan posting ini sendiri merujuk kepada kebenaran nyata, bahwa terkadang Agama bisa menyesatkan, bila disalah artikan, atau disalah gunakan, atau salah diterjemahkan.
    sampai sini setuju ? lanjuttttt…

    (bahasan dan pro-kontra mengenai masalah Agama tampaknya never ending, sampai bumi berakhir nanti. anda percaya hari akhir ?)

    Saya sendiri termasuk salah satu yg “tidak setuju” dgn pembagian2 Agama tsb. bagi saya, asal Agama itu mengandung kebenaran, apa salahnya dijalankan. tapi, kenyataannya tdklah semudah itu. karena, terkadang, kitab panduan Agama itu tidak sama seperti kita membaca koran. jd, akhirnya tanpa sadar kita memandang tinggi para “Orang pintar” yg mampu menterjemahkannya. dan hanya bisa manut, walaupun (mis.) diterjemahkannya (dikatakannya), bahwa matahari mengelilingi bumi, atau kaum anu adalah halal darahnya.

    Mengenai 4 bahan / catatan kaki diatas, saya belum mengetahui atau pernah membacanya, jadi maaf, saya belum bisa berkata apa2.
    (ingat, jika Alquran masih diragukan, 4 catatan kaki diatas adalah nyata tulisan manusia menurut pandangannya).

    btw, posting ini berada dlm tag tanda tanya (?). suatu bahasan mengenai kemasyarakatan-sosial, bukan dlm Agama.

    blog ini tdk mempunyai tag Agama, karena saya menyadari kedangkalan pengetahuan saya dlm keagamaan. thanks.
    dilanjutkan nanti, setelah semuanya dipelajari. 😉

  18. Jason berkata:

    B Ali dan Sejati adalah contoh orang yang memiliki pemikiran dangkal tentang Islam,,,perlu anda ketahui Islam adalah agama yang paling istimewa di muka bumi ini,,,kenapa saya bilang demikian?!Karena dibelahan bumi manapun umat muslim memiliki Al Quran yang isi maupun tulisannya sama yaitu menggunakan Bahasa Arab,,,baik itu di China mau pun Jepang,,,baik di India maupun di Afrika bahkan baik di Eropa, Australia maupun Amerika isinya akan sama saja!,,,itu hanya sebagian kecil saja tentang ke istimewaan Al Quran.

    Mengenai Islam diturunkan pada zaman tribal saya tidak sependapat,,,perlu anda ketahui Islam merupakan agama termuda (Klo tidak salah sekitar abad ke 7),,,bukan berarti agama terdahulunya sebelum Islam merupakan agama yang paling baik?!Salah justru Islam datang ke muka bumi ini merupakan penyempurna dari agama sebelumnya,,,

    mengenai kitab suci Al Quran yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan, pendapat anda salah besar,,,Al Quran tidak pernah mengajarkan kekerasan,,,sebagai contoh kenapa agama Islam berkembang dengan pesat diseluruh dunia terutama di Indonesia yang pada awal masuknya Islam saat itu mayoritas masyarakat adalah beragama Hindu-Buddha dan sudah bosan dengan sistem Kasta (Hindu) yang membedakan status sosial mereka, sehingga banyak diantara mereka yang beralih memeluk agama Islam dan mempelajarinya lebih dalam lagi karena di Islam mereka tidak menemukan yang namanya sistem Kasta, di Islam menyatakan bahwa semua manusia itu sama, baik raja, penguasa, maupun rakyat jelata, mereka tetap sama dimata sang pencipta yang membedakannya hanyalah amal perbuatan mereka selama di muka bumi ini,,,klo di pikir secara logika sangat tidak mungkin Islam mengajarkan kekerasan,,,dan SEJARAH sudah membuktikannya bahwa banyaknya pemeluk agama Islam di Indonesia yang dahulunya mayoritas beragama Hindu,,,dan itu tidak bisa di BANTAH lagi oleh siapapun?!Klo misalkan Islam mengajarkan kebencian tentunya sudah banyak peninggalan sejarah agama Hindu-Buddha seperti Candi-candi yang tersebar di seluruh Nusantara dihancurkan,,,sekali lagi anggapan Anda salah besar!!!Dan sekali lagi sejarah membuktikannya bahwa justru Candi-candi tersebut dirawat dan dijadikan aset kekayaan budaya Bangsa!!!

    Dari tanggapan Anda saya dapat menyimpulkan justru Anda yang sangat membenci Islam dengan menjelek-jelekannya,,,saya sangat menganjurkan untuk anda berdua B Ali dan sejati untuk tidak ASBUN alias asal bunyi sebelum mengeluarkan pendapat,,,ada lebih baiknya anda melakukan kajian terlebih dahulu sebelum menyimpulkan,,,terima kasih!!!

  19. sejati berkata:

    @ Jason,

    Muslim yang paling soleh adalah muslim yang menghayati Al-Quran yaitu mengharamkan dan memusuhi semuanya seperti para taliban yang menghancurkan patung Budha yang berumur ribuan tahun di Afganistan, muslim yang melarang wanita untuk sekolah, dan muslim yang meledakkan bom di Bali.

  20. Wahyudi berkata:

    Memang Al-Qur’an mengajarkan kekerasan, permusuhan dan kebencian. Kita bisa melihatnya dalam kehidupan sehari-hari sikap orang moeslim. Orang moeslim menyebutnya hal itu hanya pemeluknya yang salah, bukan Islamnya. Tapi kenyataannya, Islamnya yang memang mengajar hal-hal yang tidak manusiawi.

    Saya mempunyai keponakan yang pernah di posantren selama 3 tahun sejak umur 7 tahun (makan, tidur dan belajar disana). Ada 25 anak-anak di posantren tsb. Dia sekarang sudah pindah agama/tidak moeslim lagi. Dia bilang bahwa yang membimbing di posantren adalah para kiyai yang kaya-kaya sekali, ada yang mempunyai istri 3. Anak-anak posantren diajarkan untuk memusuhi orang yang non-moeslim yang secara sepihak disebut kafir, najis dan musuh. Dia bilang bahwa anak-anak yang di posantren saja yang akan masuk sorga. Sedangkan yang lainnya tidak.

    Hal ini membuat saya bertanya: Apakah Islam agama teroris?

  21. rozenesia berkata:

    Sockpuppet games here, eh? 🙄

    Looks like FaithFreedom anyway… 😛

  22. telmark berkata:

    @SEMUA
    Muslim memang harus melawan pemikiran yg keblinger, spt praktek bom Bali, praktek yg melarang wanita utk maju, larangan utk kemajuan, (spt menonton TV dan bermain komputer atau larangan mendengarkan musik tertentu).
    Agama apapun, jika saling menyalahkan akan terlihat spt dagelan membosankan yg sama sekali tdk bermanfaat.
    Maaf jika berbeda pendapat. saya mempunyai pendirian sendiri. bahwa segala sesuatu harus dijalankan dgn benar, tanpa harus merasa paling wah, kuasa, atau merasa benar sendiri.
    I hate Terorist.
    No sockpuppet or the other puppet here.
    No games here, and looks like stupid think`s.
    CASE CLOSED !!!

    Blog ini tdk ingin mengundang perdebatan SARA ! (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan). Netral, ok ?
    *Komentar – Ditutup*

  23. ADE WIBOWO berkata:

    Tanpa menghormati dari isi artikel anda kami denature indonesia hanya sekedar memberikan solusi obat herbal untuk penyakit yang sedang anda deerita, mohon dimaafkan jika tidak berkenan jenis kanker

Tinggalkan Balasan ke sejati Batalkan balasan